Sleep Paralysis
Pernahkah Anda merasa seluruh tubuh Anda lumpuh saat Anda hendak tidur atau terbangun dari tidur? Atau, pernahkah Anda merasa dada Anda begitu sesak saat Anda tertidur? Jika iya, Anda sedang mengalami ketindihan, atau yang dalam bahasa medisnya disebut kelumpuhan tidur alias sleep paralysis.
Sampai saat ini, masih banyak mitos yang berkembang di masyarakat tentang ketindihan saat tidur. Salah satu mitos yang terkenal adalah bahwa ketindihan disebabkan oleh gangguan jin atau makhluk halus yang gentayangan. Tapi tahukah Anda kalau ternyata fenomena ini adalah kejadian unik yang diakui resmi di bidang kedokteran?
Apa itu sleep paralysis?
Sleep paralysis adalah salah satu jenis parasomnia, yaitu sekumpulan gangguan tidur yang menyebabkan suatu kejadian atau pengalaman yang tidak diinginkan yang terjadi saat kita baru tertidur, sudah terlelap, atau saat terbangun dari tidur. Perlu diketahui bahwa hal ini umum terjadi dan tidak terkait penyakit kejiwaan tertentu.
Fenomena ketindihan ini tidak berbahaya dan akan berakhir setelah beberapa detik ataupun menit. Setiap orang pun akan mengalami fenomena kelumpuhan setidaknya satu atau beberapa kali dalam hidupnya. Fenomena ini juga dapat terjadi pada siapapun, tua muda, wanita maupun pria. Namun ini lebih sering terjadi pada remaja hingga dewasa muda.
Apa penyebab sleep paralysis?
Banyaknya mitos mistis yang muncul seputar sleep paralysis karena fenomena ini membuat berhalusinasi melihat bayangan hitam di sekitar Anda, yang dianggap sebagai sosok makhluk halus. Padahal, sleep paralysis sebenarnya terjadi saat mekanisme otak dan tubuh menjadi tumpang tindih, tidak berjalan selaras saat tidur sehingga menyebabkan kita tersentak bangun di tengah siklus REM. Saat Anda terbangun sebelum siklus REM usai, otak belum siap untuk mengirimkan sinyal bangun sehingga tubuh masih dikondisikan dalam setengah tidur setengah sadar. Maka dari itu, Anda akan merasakan tubuh kaku, sulit bernapas, tidak bisa berbicara, dan masih dalam pikiran yang mengawang saat ‘ketindihan’.
Studi terbitan jurnal Clinical Psychological Science menyebutkansebutkan bahwa sensasi kewalahan dan panik dari rentetan pengalaman sensoris tersebut cenderung membuat seseorang merasa makin tertekan, terlebih lagi ketika mereka sudah lebih dulu percaya bahwa fenomena sleep paralysis terjadi karena faktor supranatural. Ini yang membuat pengalaman ketindihan saat tidur bagi sebagian orang menjadi suatu pengalaman yang mengerikan dan traumatis. Studi yang sama menyebutkan bahwa orang-orang yang cenderung berpikir logis malah tidak mengalami masalah atau trauma berarti setelah pulih dari kelumpuhan tidur.
‘Ketindihan’ bisa jadi faktor genetik, namun terdapat sejumlah faktor lain yang mungkin terkait dengan fenomena ini, seperti waktu tidur yang berantakan, kebanyakan begadang, stress, posisi tidur telentang, gangguan bipolar atau gangguan tidur lainnya (narkolepsi atau kram kaki malam hari). Sleep paralysis juga bisa menjadi efek samping dari konsumsi obat tertentu, seperti obat ADHD atau penyalahgunaan narkotika.
Apa yang bisa dilakukan saat sedang ‘ketindihan’?
Jika Anda mengalami kelumpuhan tidur, hal yang dapat Anda lakukan adalah dengan menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya keras-keras. Kemudian cobalah untuk memaksa bergerak, seperti menggerakkan ujung jari tangan/kaki Anda sebagai bentuk perlawanan. Hal tersebut dilakukan untuk membantu Anda terjaga dan terlepas dari kelumpuhan tidur tersebut.
Sleep paralysis dapat membaik seiring berjalannya waktu, Anda tetap perlu melakukan upaya untuk mencegah terjadinya kelumpuhan tidur, seperti tidur cukup, ciptakan lingkungan tidur yang nyaman, hindari makan sebelum tidur, jangan merokok atau minum alkohol, berolahraga secara teratur, dan sebelum tidur cobalah untuk melakukan beberapa latihan pernapasan atau membaca sesuatu yang menyenangkan untuk menghilangkan kecemasan yang bisa menjadi faktor penyebab kelumpuhan tidur.
Komentar
Posting Komentar